Rabu, 13 April 2011

bab 12 bu Yani (belum selesai sih)

Motivasi Kognitif: Kompetensi dan Kontrol
Anak usia 15 bulan mencoba untuk kelima klainya menarik dirinya ke atas kursi ruang makan. Alas kursi tegrsebut, pada level mata anak, terbukti menjadi lawan yang tangguh. Pada akhirnya, setelah berjuang keras, anak tersbeut mampu menaruh lututnya ke alas kursi dan mampu menekan dengan satu kaki sambil menarinya dengna lengan. Manuver ini suske smenaruh anak ke kursi Ayah.
Anak ini tersenyum puas. Dalam beberapa menit, dia mulai berdesis, meminta untuk turun dari kursi. Sang ayah, yang membaca oran sore, megnabaikan tangisan anak tersebu thingga menjadi lebih keras dan persisten – dia sudah memainkan game ini sebelumna. Setelah mnaruh kertas dan berjalan ke ruang makan dia menenangkan sang anak dan membantunya turun. Anak tersebut kini sudah berjalan di lantai dan mencobanya lagi. Setelah berjuang dia kembali menaruh dirinya ke kursi dan sekali lagi dia tertawa puas dan mint a diturunkan. Permainan ini terus berlanjut hingga anak lelah tapi memulainya lagi keesokan harinya. Kadang-kadang menaiki kursi yan gbesar menjadi mudah bagi anak ini, dan dia membutuhkan tantangan yang lebih besar.
Jenis “kehidup;an sehari-hari” dari anak usia 15 bulan ini menggambarkan keyakinan utama bab ini. Banyak peneliti dalam pendekatan humanis psikologi mencatat motif persisten di dalam individu untuk mampu menangani lingkungan. Perampungan tugas yang suskes seringkali menyebabkan tugas ini kehilangan nilainya, dan tantangan yang lebih sulit akan diambil.
Para ahli teori dan peneliti dalam bidang ini menejlaskan motif persisten ini untuk menguji dan memperluas kemampuan seseorang dalam beberapa hal. Rogers menjelaskan kondisi motif ini sebagai usaha untuk menumbuhkan dan mencapai pemenuhan, yaitu menjadi individu yang berfungsi penuh. Maslow menggambarkan proses ini sebagai gerakan menuju aktualisasi diri, sebuah usaha untuk menajdi semau hal yang bis adia capai. White menyatakan ada motif kompetensi dalam setiap diri kita, semetnara deCharms menekankan ide bahwa orang-orang berjuang untuk mengontrol lingkunganya. Rotter mengembangkan konsep lokus kontrol dan Deci menyelidiki konsep motivasi intrinsik/
Menurut semua pendekatan tersebut setiap kita, sperti anak dan kursi tadi, berjuang untuk mencapai potensi kita. Sebagian besar teori yang diuji dalma bab ini mengambil sudut pandang bahwa perilaku manusia tidak bisa dipahami secara penuh tanpa sutu refereksi terhadap perjuangan menuju aktualisasi atau fungsi penuh ini
Kita akan melihat bahwa meski banyak teori yagn nampak mirip, masing-masing mendekati pertanyaan dari sudut pandang yagn berbeda. Kami mulai dari studi terhadap karya Carl Rogers.

Carl Rogers dan Positive Regard
Carl Rogers dikenal karena terpi berpusat klien.pendekatan terapeutiknya ini sangat didasrakan apad ide-ideenya tentang motif-motif individu.
Rogers menyebutkan bawha kehidupan itu sendiri merupakan suatu proses terus-menerus dan aktif di mana sebagian beasr karakteirstik perilaku manusia adalah berjuang untuk mendapatkan keutuhna. Konsep berjkuang ini penting karena mengimplikasikan bahwa proses mencpai keutuhan tidak pernah rampung; kita berubah saat kita tumbuh. Rogers menyebut perjuangan untuk berfgungsi secara penuh ini sebagai kecenderungan emngaktualisasi dan berpendapat ini bersifat bawaan bagi semua organisme hidup.
Menurut Rogers, hanya ada satu motif – motif dasar menuju pertumbuhan. Tapi motif ini bis adianalissi terdiri tas usaha-usaha oleh sebuah organisme untu kmemelihara, meningkatkan dan mereproduksi diri. Motif-motif khusus yagn dibicarakan oleh para ahli teori (lapar, haus, seks menghindari sakit) bisa dianggap sebagai aspek-aspek pemeliharaan atau reproduksi individu. Ktia perlu tahu kondisi-kondisi perilaku apa yang terjadi dan kit amasih mendapatkan sedikit dengan mengasumsikan keberdaan kondisi-kondisi motif spesifik.
Rogers berpendapat bahwa perjuangan kita untuk pemenuhan diri dipengauhiruhi oleh lingkungan kita. Kita adalah organisme kognitif, dan pengalaman kita (dan interpretasi mereka) bisa membantu atau menghambat usaha-usaha kita untuk tumbuh. Dalam hal ini interaksi kita dengan orang lain sangat penting. Rogerrs berpendapat bawha pengalaman yagn dipelajari dini pada masa bayi memepgnaruhi pertumbuhan psikologi kita. Dia melihat kecenderungan mengaktualsiasi sebagia menciptakan kebutuhan untuk positive regard dan kebutuhan untuk positive self-regard. Perasaan kita tentan positive regard dari orang lain berasal dari interaksi dengan orang tua kita pada apa yagn disebut Rogers sebagai unconditional positive reagrd. Ide dasranya adlaah seseorang diterima dan dicintai tanpa memperhatikan perilakunya; sehingga kita menerima pengalaman yang memungkinkan kita melihat bahwa kita dicintai tanpa memperhatikan apa yagn kita lakukan. Di bawha kondisi-kondisi tersebut, kecenderungan megnaktulasasi bekerja menuju pertumbuhan karena konsep diri seseorang (diri) konsisten dengan feedback yagn diterima dari orang lain. Di bawha kondisi-kondisi ini orang terbuka terhadap perubahan dan tidak degfensif, sehinga diri bisa berubah dan tumbuh. Menurut istilah Rogers, orang ini adalah individu yagn berfungsi penuh.
Terlalu sering positive regard dibuat kotningen atas perilaku tertentu; yaitu individu dibuat merasa mereka berharga hanya jika bertidnak dalam cara-cara terentu. Menurut Rvoers, regard positif kondisional menyebabkan perilaku maladaptif karena menciptakan ekcemasan. Kita merasa dicintai hanay pselama perilaku kita benar. Kecemasan memicu pertahanan, sehingga individu mulai menyangkal atau menyimpangkan kognisi karena mereka tidak konsisten dengan konsep diri.
Ketika positive regard dibuat kondisional, banyak energi dari kecenderungan megnaktualisasi diri disalurkan ke pertahanan-pertahanan yagn dipakai untuk melindungi diri. Karena diri diancam, diri tidak bebas tubuh dan berubah dalam atmosfer penerimaan, dan menjadi statis. Tidak adanya pertumbuhan diri besifat maladjustif dan membatasi usaha-usaha individu untuk berfungsi penuh.
Pertumbuhan dan perubahan merupakan prinsip dasar bagi kesehatan psiologis. Menurtu pendekatan Rogers, motif dasar yang mendasari semua perilkau adalh kecendeungan mengaktualisasi. Agar menjadi individu yang berfungsi penuh, kita harus memiliki unconditional positive regard sehinga kita bisa mengendorkan pertahanan ktia dan memungkinkan diri kita berubah dan tumbuh. Ketika kita melonggarkan pertahanan diri kita, kit amenjadi sadar atas apa yang terjadi di dalam diri kita dan bisa berubah. Ktia juga bisa belajar menerima diri kita apa adanya tnapa kecemasan yagn diciptakan oleh conditional positive regard.

Individu yang berfungsi penuh
Lima karakteristik dasra menentukan kosnep fungsi penuh Rogers:
1. Keterbukaan terhadap pengalaman. Individu yagn berfungsi penuh tidak harus membela diri mereka terhadap pengalaman-pengalaman tertentu; sehinga perspesi mereka atas peristiwa-perisitwa menjadi kurang terdistorsi. Mereka sadar akan karakteristik diri mereka sendiri dan lebih fleksibel tentang apa-apa yagn menguabh mereka. Individu yang berfungsi penuh biasanya lebih emosional daripada oran lain,. Mengalami rentang meosi yang lebih lebar dan mengalaminya dengan lebih sering.
2. Kehidupan eksistensial. Individu yagn berfungsi penuh tinggal setiap secara optimal dan tidak berkonsentarsi pada masa lalu dan masa depan. Orang yagn berfungsi penuh juga memiliki minat yang umum dalm hidup dan semua aspek kehidupan dialami sebagai hal yang baru dan kaya. Rogers percaya kehidupan eksistensial merupakan itnid ari kepribadian yagn sehat.
3. Kepercayaan terhadap organisme seseorang. Rogers menjelaskan individu yagn berfungsi penuh sebagai orang yagn bertindak dengan cara-cara tertentu karena merasa benar daripada kelihatan benar secara intelektual. Sehingga orang-orang yagn berfungsi penuh seringkali intuitif karena mereka terbuka dan bersetnuhan dengan perasaan-perasaan terdalam mereka. Kepercayan terhadap reaksi-reaksi perut seseorang bisa menyebabkan perilaku impulsif danspontan tapi tanpa mengorbankan orang lain. Sementara keputusan-keputusan inteletkual bisa dikurangi kadar kepentinganya, tapi tidak diabaikan.
4. Perasaan Bebas. Orang yang berfungsi penuh merasakan kebebasan pribadi dalam memilih apa yang terjadi terhadap mereka. Mereka melihat diirnya memilii kekuatan pribadi untuk menentukan seperti apa masa depan mereka. Mereka menganggap diri mereka mengontrol hidup mereka.
5. Kreativitas. Seperti diduga, orang-orang yang berfungsi penuhs agnat kreatif. Kreativitas ini juga dibuktikan oleh meningkatnya kemapuan mereka untuk beradaptasi dengan peurbahan dan bertahan meski terjadi perubahan drastis pada lingkungan mereka.
Orang-orang yang berfungsi penuh, seperti dijelaskan Rogers, memiliki kekuasaan untuk mengontrol kehidupan mereka sendiri karena mereka bebas dari penyangkalan dan distrosi yang menyebabkan perilaku kaku. Orang yagn berfungsi penuh bukan bearda dalam suatu kodnisi tapi tercerlup di dalam sebuah proses yang menyebabkannya berjuang untuk memperbaiki diri.
Menjadi berfungsi penuh tidak berati bahwa ktia berada dalam kondisi ekstase terus-menerus. Meningkatkan diri adlah sulit dan menyakitkan saat kita tumbuh. Berfungsi penuh tidak menjanjikan kebahagiaan, meski kebahagiaan nampak sebagai produk samping dari proses ini. Orang yagn berfungsi penuh bisa diharapkan lebih nyman dengna situasi-situasi hidup (baik senang atau tidak) dan menangani situasi-situasi dengan cara yagn terbuka dan fleksibel.

Kritik-kritik terhadap pendekatan Rogers
Pandangan Rogers tentang motivasi mausia jauh lebih opitmistik. Dia memandang manusia termotivasi oleh kebutuhan untuk berfugnsi penuh untuk mencapai potensi tertinggi mereka. Ketika kita gagal mencapai potensi kita, itu karena pengalaman aygn kita miliki dalam itneraksi dengan orang tua kita atau orang lain dibuat kondisional
Teori Rogerr dikritik karena beberapa hal. Pertama, banyak istilah yagn dipakai Rogers tidak diartikan secara operasional. Misalnya, apa yagn dimaksud dengan kecenderungan mengaktualisasi diri dalam hal operasional? Dari mana ini beasal dan bagaimana ini mendukugn perilaku seseorang dan tidak mendukung perilaku yang lain? Meski kritik valid terhadap model Roger, tidak adanya definisi operasional untuk istilah tersbeut merupakan problem umum dalam psikologi.
Kedua, lingungan diangagp sebagai sumber perubahan motivasi yagn penting; tidak jelas kondisi-kondisi lingkungan mana yagn meningkatkan pertumbuhan dan mana yang menghamabtnya. Dalam hal ini perbedaan jelas antara situasi yagn menyebabkan regard postiive kondisional dan nonkondisional akan emmabntu menjelaskan peran lingkungan dalam motivasi.
Kritik ketiga dari pendekatna Rogers adlaah ini mengimplikasikan psikologi “saya dulu. Rogers menyebut sedikit tentang bagaimana rasa tanggungjawba terhadap orang lain bisa mendornong pada perutmbuhan. Dalam pandangan Maslow tentang aktualsiasi diri, ini nampak sangat diabaikan.
Keempat, pendekatan Rogers nampak tidak terlalu menekankan tujuan-tujuan yang dituju oleh idnviidu. Semetnara dia menekankan peruangan, dia sangat mengabaikan produk akhir dari perjuangan itu sebagai detgermiann penting perilaku. Seperti yang kita lihat dalam karya Klinger (bab 7), tujuan-tujuan yagn kita perjuangkan bisa jadi penentu perilaku yang penting.
Sebagai ringkasan, teori Rogers lemah secara empiris. Dia belum menentukan komponen-kopmponen teorinya dengan cara yang bisa diuji dengan mudah. Kita jgua mempertanyakan generalitas conditional positive regard. Ktia mungkin membuat perbedaan di antara situasi-situasi di mana orang tua tidak menyetujui perilaku tertentu anak. Ketidaksetujuan terhadap eprilaku-perikau tertentu tanpa penolakan individu tidak akan menyebabkan terhentinya proses pertumbuhan. Garis pembeda antara ketidaksetujaun perilaku-perilaku tertentud an penolakan sulit ditentukan – kshuusnya dari sudut pandanga anak.

Abraham Maslow dan Aktualisasi Diri
Abraham Maslow juga mengembangkan sebuah teori motivasi yagn menekankan perjuangan untuk mencapai potensi penuh seseorang sebagai hal dasar bagi motivasi mausia tapi juga meliputi motif-motif tambahan selain aktualisasi-diri.
Maslow berpendapat bahwa teori koprehensif motivasi manusia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar